Senin, 14 September 2015

Antibiotik

Antibiotika  berasal dari dua kata yaitu anti : lawan dan bios : hidup. Antibiotik adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri, yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman, sedangkan toksisitasnya bagi manusia relatif kecil.
Kegiatan antibiotik untuk pertama kalinya ditemukan secara kebetulan oleh dr. Alexander Fleming (Inggris, 1928, penisilin). Tetapi penemuan ini baru dikembangkan dan digunakan di tahun 1941 (perang Dunia II), ketika obat-obat antibakteri sangat diperlukan untuk menanggulangi infeksi dari luka-luka akibat pertempuran.
Penyebab timbulnya resistensi antibiotika yang terutama adalah :  
1.   Tidak tepat sasaran, salah satunya adalah pemberian antibiotika pada pasien yang bukan menderita penyakit infeksi bakteri. Walaupun menderita infeksi bakteri, antibiotika yang diberikan pun harus dipilih secara seksama. Tidak semua antibiotika ampuh terhadap bakteri tertentu. Setiap antibiotika mempunyai daya bunuh terhadap bakteri yang berbeda-beda. Karena itu, antibiotika harus dipilih dengan seksama.
2.      Tidak tepat dosis dapat menyebabkan bakteri tidak terbunuh, bahkan justru dapat merangsangnya untuk membentuk turunan yang lebih kuat daya tahannya sehingga resisten terhadap antibiotika.
Karena itu, jika dokter memberikan obat antibiotika, patuhilah petunjuk pemakaiannya dan harus diminum sampai habis.
3.    Pemakaian antibiotika tidak boleh sembarangan, baik untuk anak-anak maupun orang dewasa. Itu sebabnya, antibiotika tidak boleh dijual bebas melainkan harus dengan resep dokter.
4.      Terlalu sering mengonsumsi antibiotika juga berdampak buruk pada ''bakteri-bakteri baik'' yang menghuni saluran pencernaan kita. Bakteri-bakteri tersebut dapat terbunuh, padahal mereka bekerja membuat zat-zat yang bermanfaat bagi kesehatan kita.

10 Hal Tentang Antibiotika

Antibiotika tentu bukan sesuatu yang asing. Namun, bagaimana antibiotika selayaknya digunakan, tak semua orang tahu.
1.      Apa sebetulnya manfaat antibiotika?
Antibiotika adalah senyawa kimia yang dibuat untuk melawan bibit penyakit, khususnya kuman. Ada beragam jenis kuman, ada kuman yang besar, ada yang kecil, dengan sifat yang beragam pula.
Kuman cenderung bersarang di organ tertentu di tubuh yang ditumpanginya. Ada yang suka di otak, di paru-paru, di usus, saraf, ginjal, lambung, kulit, atau tenggorok, dan lainnya. Di organ-organ tempat bersarangnya itu, kuman tertentu menimbulkan infeksi. Kuman tipus menimbulkan penyakit tipus di usus, kuman TBC di paru-paru, selain bisa juga di tulang, ginjal, otak, dan kulit. Kuman lepra di saraf dan kulit, kuman difteria di tenggorokan, tetanus di saraf, dan banyak lagi.
Awalnya, ditemukan jenis antibiotika penisilin, lalu sulfa, yang digunakan untuk mengobati semua penyakit infeksi. Sekarang, sudah berpuluh-puluh jenis antibiotika ditemukan, baik dari rumpun yang sama, maupun dari jenis yang lebih baru. Setiap antibiotika memiliki kemampuannya sendiri dalam melawan kuman. Itu sebab, setiap rumpun kuman memiliki penangkalnya masing-masing yang spesifik. Namun, kebanyakan antibiotika bersifat serba mempan atau broadspectrum. Artinya, semua kuman dapat dibasminya.
Selain itu, ada pula jenis antibiotika yang sempit pemakaiannya, spesifik hanya untuk kuman-kuman tertentu saja. Misalnya, antibiotika untuk kuman TBC (mycobacterium tuberculosis), untuk lepra atau kusta (mycobaterium leprae), atau untuk tipus (salmonella tyhphi).
2.      Kapan antibiotika digunakan?
Antibiotika digunakan jika ada infeksi oleh kuman. Infeksi terjadi jika kuman memasuki tubuh. Kuman memasuki tubuh melalui pintu masuknya sendiri-sendiri. Ada yang lewat mulut bersama makanan dan minuman, lewat udara napas memasuki paru-paru, lewat luka renik di kulit, melalui hubungan kelamin, atau masuk melalui aliran darah, lalu kuman menuju organ yang disukainya untuk bersarang.
Gejala umum tubuh terinfeksi biasanya disertai suhu badan meninggi, demam, nyeri kepala, dan nyeri. Infeksi di kulit menimbulkan reaksi merah meradang, bengkak, panas, dan nyeri. Contohnya bisul. Di usus, bergejala mulas, mencret. Di saluran napas, batuk, nyeri tenggorok, atau sesak napas. Di otak, nyeri kepala. Di ginjal, banyak berkemih, kencing merah atau seperti susu.
Namun, gejala suhu tubuh meninggi, demam, nyeri kepala, dan nyeri, bisa juga bukan disebabkan oleh kuman, melainkan infeksi oleh virus atau parasit. Dari keluhan, gejala dan tanda, dokter dapat mengenali apakah infeksi disebabkan oleh kuman, virus, atau parasit.
Penyakit yang disebabkan bukan oleh kuman tidak mempan diobati dengan antibiotika. Untuk virus diberi antivirus, dan untuk parasit diberi antinya, seperti antimalaria, antijamur, dan anticacing. Jika infeksi oleh jenis kuman yang spesifik, biasanya dokter langsung memberikan antibiotika yang sesuai dengan kuman penyebabnya. Misal bisul di kulit, tetanus, difteria, tipus, atau infeksi mata merah.
Untuk infeksi yang meragukan, diperlukan pemeriksaan khusus untuk memastikan jenis kuman penyebabnya. Caranya dengan melakukan pembiakan (kultur) kuman. Bahan biakannya diambil dari darah atau air liur, dahak, urine, tinja, cairan otak, nanah kemaluan, atau kerokan kulit.
Dengan biakan kuman, selain menemukan jenis kumannya, dapat langsung diperiksa pula jenis antibiotika yang cocok untuk menumpasnya (tes resistensi). Dengan demikian, pengobatan infeksinya lebih tepat. Jika tidak dilakukan tes resistensi, bisa jadi antibiotika yang dianggap mampu sudah tidak mempan, sebab kumannya sudah kebal terhadap jenis antibiotika yang dianggap ampuh tersebut.
3.      Kenapa semakin banyak kuman yang kebal antibiotika?
Pemakaian antibiotika di negara-negara sedang berkembang sering tidak terkontrol dan cenderung serampangan. Antibiotika yang bisa dibeli bebas, ketidaktahuan pemakaian, dan tidak dipakai sampai tuntas, menimbulkan generasi kuman yang menjadi kebal (resisten) terhadap antibiotika yang digunakan secara tidak tepat dan serampangan itu. Pemakaian antibiotika yang tidak dihabiskan, atau menebusnya setengah resep, misalnya.
Semakin sering dan banyak disalahgunakan suatu antibiotika, semakin cepat menimbulkan kekebalan kuman yang biasa ditumpasnya. Pemakaian antibiotika golongan erythromycine yang paling banyak dan luas dipakai di dasawarsa 80-an, semakin banyak melahirkan generasi kuman yang kebal terhadapnya. Lalu, dibuat generasi baru dari rumpun yang sama. Setiap beberapa tahun, lahir jenis generasi antibiotika baru untuk membasmi jenis kuman yang sudah kebal. Tentu, dengan harga yang lebih mahal.
4.      Apa efek samping antibiotika?
Seperti obat umumnya, antibiotika juga punya efek samping masing-masing. Ada yang berefek buruk terhadap ginjal, hati, ada pula yang mengganggu keseimbangan tubuh. Dokter mengetahui apa efek samping suatu antibiotika, sehingga tidak diberikan pada sembarang pasien. Pasien dengan gangguan hati, misalnya, tidak boleh diberikan antibiotika yang efek sampingnya merusak hati, sekalipun ampuh membasmi kuman yang sedang pasien idap. Dokter perlu memilihkan antibiotika lain, mungkin kurang ampuh, namun tidak berefek pada hati.Namun, jika suatu antibiotika tidak ada penggantinya, antibiotika tetap dipakai, dengan catatan, bahaya efek samping pada seorang pasien memerlukan monitoring oleh dokter, jika dipakai untuk jangka waktu yang lama. Antibiotika untuk TBC, misalnya, yang diminum sedikitnya 6 bulan, perlu pemeriksaan fungsi hati secara berkala, agar jika sudah merusak hati, obat dipertimbangkan untuk diganti.
5.      Apa bahaya terlalu sering menggunakan antibiotika?
Pemakaian antibiotika yang terlalu sering tidak dianjurkan. Di negara kita, orang bebas membeli antibiotika dan memakainya kapan dianggap perlu. Sedikit batuk pilek, langsung minum antibiotika. Baru mencret sekali, langsung antibiotika. Padahal belum tentu perlu. Kenapa? Belum tentu batuk pilek disebabkan oleh kuman. Awalnya oleh virus. Jika kondisi badan kuat, penyakit virus umumnya sembuh sendiri. Yang perlu dilakukan pada penyakit yang disebabkan oleh virus adalah memperkuat daya tahan tubuh dengan cukup makan, istirahat, dan makanan bergizi. Pemberian antibiotika pada batuk pilek yang disebabkan oleh virus hanya merupakan penghamburan dan merugikan badan, sebab memikul efek samping antibiotika yang sebetulnya tak perlu terjadi.
Kasus batuk pilek virus yang sudah lama, yang biasanya sudah ditunggangi oleh kuman, baru membutuhkan antibiotika untuk membasmi kumannya, bukan untuk virus flunya. Tanda batuk pilek membutuhkan antibiotika adalah dengan melihat ingusnya. Yang tadinya encer bening sudah berubah menjadi kental berwarna kuning-hijau. Selama ingusnya masih encer bening, antibiotika tak diperlukan.
Minum antibiotika kelewat sering juga mengganggu keseimbangan flora usus. Kita tahu, dalam usus normal tumbuh kuman yang membantu pencernaan dan pembentukan vitamin K. Selain itu, di bagian-bagian tertentu tubuh kita juga hidup kuman-kuman jinak yang hidup berdampingan dengan damai dengan tubuh kita. Di kemaluan wanita, di kulit, di mulut, dan di mana-mana bagian tubuh ada kuman yang tidak mengganggu namun bermanfaat (simbiosis).
Terlalu sering minum antibiotika berarti membunuh seluruh kuman jinak yang bermanfaat bagi tubuh. Jika populasi kuman jinak yang bermanfat bagi tubuh terbasmi, keseimbangan mikroorganisme tubuh bisa terganggu, sehingga jamur yang tadinya takut oleh kuman-kuman yang ada di tubuh kita berkesempatan lebih mudah menyerang.
Itu maka, banyak orang yang setelah minum antibiotika yang kelewat lama, kemudian terserang penyakit jamur. Bisa jamur di kulit, usus, seriawan di mulut, atau di mana saja. Keputihan sebab jamur pada wanita, antara lain lantaran vagina kelewat bersih oleh antisepsis yang membunuh kuman bermanfaat di sekitar vagina (Doderlein).
6.      Berapa lama seharusnya konsumsi antibiotika?
Lama pemakaian antibiotika bervariasi, tergantung jenis infeksi dan kuman penyebabnya. Paling sedikit 4-5 hari. Namun, jika infeksinya masih belum tuntas, antibiotika perlu dilanjutkan sampai keluhan dan gejalanya hilang. Pada tipus, perlu beberapa minggu. Demikian pula pada difteria, tetanus. Pling lama pada TBC yang memakan waktu berbulan-bulan. Termasuk pada kusta.
Pada infeksi tertentu, setelah pemakaian antibiotika satu kir, perlu dilakukan pemeriksaan biakan kuman ulang untuk memastikan apakah kuman sudah terbasmi tuntas. Infeksi saluran kemih, misalnya, setelah selesai satu kir antibiotika dan keluhan gejalanya sudah tiada, biakan kuman dilakukan untuk melihat apa di ginjal masih tersisa kuman. Jika masih tersisa kuman dan antibiotikanya tidak dilanjutkan, penyakit infeksinya akan kambuh lagi.
Termasuk pada infeksi gigi. Sakit gigi biasanya disebabkan oleh adanya kuman yang memasuki gusi dan tulang rahang melalui gigi yang bolong atau keropos. Dalam keadaan demikian, gusi membengkak dan gigi nyeri. Antibiotika diberikan sampai keluhan nyeri gigi hilang. Jika antibiotika hanya diminum sehari-dua, kuman di dalam gusi belum mati semua, sehingga infeksi gusi dan sakit gigi akan kambuh lagi.
7.      Kenapa antibiotika bisa tidak mempan?
Antibiotika tidak mempan karena dua hal. Yang paling sering, kuman penyebab penyakitnya sudah kebal terhadap antibiotika tersebut. Untuk itu perlu dicari antibiotika jenis lain yang lebih sensitif. Biasanya perlu dilakukan tes resistensi mencari jenis antibiotika yang tepat.
Yang kedua karena tidak dilakukan tes resistensi dulu dan langsung diberikan antibiotika secara acak, sehingga kemungkinan pilihan antibiotikanya tidak tepat untuk jenis kuman penyebab penyakitnya. Antibiotikanya memang tidak mempan terhadap kuman penyebabnya.
Kita mengenal ada kuman jenis gram-negatif. Untuk itu perlu antibiotika untuk jenis kuman itu. Jika diberikan antibiotika untuk jenis kuman gram-positif, tentu tidak akan mempan, sebab antibiotikanya salah sasaran. Atau bisa oleh karena infeksinya bukan disebabkan oleh kuman, melainkan oleh virus atau parasit. Jamur kulit tak mempan diberi salep atau krim antibiotika, misalnya.
8.      Apa artinya antibiotika yang keras?
Artinya tidak perlu antibiotika dari generasi yang baru, kalau dengan antibiotika klasik (golongan penicillin) masih mempan. Namun, untuk infeksi ringan saja (flu), seringkali diberikan antibiotika generasi mutakhir. Selain jauh lebih mahal, tubuh pun memikul efek samping yang biasanya lebih berat. Semakin ampuh antibiotika, biasanya semakin keras pula efek sampingnya. Membunuh lalat tak perlu pakai panah, cukup ditepuk. Begitu pula untuk infeksi enteng. Kalau bisa, jangan lekas-lekas memakai antibiotika. Tubuh kita memiliki perangkat antibodi. Setiap bibit penyakit, apa pun jenisnya, yang masuk ke dalam tubuh, akan dibasmi oleh sistem kekebalan tubuh sendiri. Tubuh baru menyerah kalah jika bibit penyakitnya sangat ganas, jumlahnya banyak, dan dayatahan tubuh sedang lemah.
Tidak setiap kali dimasuki bibit penyakit, tubuh kita akan jatuh sakit. Jika kekebalan tubuh prima, bibit penyakit yang sudah memasuki tubuh akan gagal menginfeksi, dan kita batal jatuh sakit. Infeksi umumnya baru terjadi jika tubuh sedang lemah. Untuk itu, perlu bantuan zat anti yang dikirim dari luar. Kiriman zat anti dari luar itulah yang diperankan oleh antibiotika.
9.      Kenapa orang bisa pingsan usai minum atau disuntik antibiotika?
Adakalanya, sehabis minum atau disuntik antibiotika bisa pingsan. Orang-orang tertentu yang berbakat alergi, umumnya tidak tahan terhadap antibiotika golongan penisilin, baik yang diminum maupun yang disuntikkan. Beberapa menit sampai beberapa jam sesudahnya muncul reaksi alergi. Rasa tebal dan gatal di bibir, pusing, mual, muntah, lalu pingsan. Jika ringan hanya gatal-gatal mirip biduran. Reaksi hebat bisa menimbulkan reaksi kulit melepuh, berbisul-bisul (Steven-Johnson syndrome).
Bagi yang berbakat alergi, perlu dites dulu sebelum mendapat suntikan antibiotika golongan penisilin. Jika positif, jangan diberikan. Atau jika pernah ada riwayat gatal sehabis minum atau disuntik antibiotika, buatlah catatan, agar lain kali dapat mengingatkan dokter kalau tidak tahan antibitioka tersebut. Sekarang reaksi alergi terhadap antibiotika sudah jarang terjadi, sebab tersedia banyak pilihan antibiotika yang lebih unggul dari penisilin tanpa risiko alergi.
10.  Apakah semua antibiotika hanya untuk diminum?
Tidak. Selain dalam bentuk obat minum (oral), ada juga dalam bentuk suntikan (parenteral), salep, krim, supositoria (dimasukkan ke liang dubur atau vagina); lotion, dan tetes. Infeksi kulit memakai salep atau krim antibiotika, infeksi mata merah memakai tetes atau salep mata, infeksi telinga tengah memakai tetes kuping antibiotika, keputihan kuman dipakai antibiotika berbentuk peluru yang dimasukkan ke dalam vagina (bagi yang sudah menikah, tidak buat yang masih gadis).
Antibiotika streptomycine, garamycine, hanya dalam bentuk suntikan, tidak tersedia dalam bentuk tablet atau kapsul. Sebaliknya, kebanyakan antibiotika yang diminum belum tentu ada dalam bentuk suntikannya. Tapi, ada juga antibiotika baik dalam bentuk suntikan maupun yang diminum.
Membubuhi serbuk antibiotika pada lubang gigi yang sakit seperti kebiasaan sementara orang atau pada luka, tidak terlalu tepat. Efek penembusan antibiotika ke jaringan gusi yang terinfeksi tidak sebaik jika diminum, atau bisa menyerap optimal seperti antibiotika yang sudah dalam bentuk salep atau krim jika untuk dipakai pada kulit.
 
Macam-macam obat Antibiotik dan efek Obatnya :
  1. Rentang Aktivitas Antibiotik
Antibiotic digolongkan ke dalam spectrum luas atau sempit. Antibiotic spectrum luas adalah antibiotic yang efektif melawan berbagai mikroorganisme berbeda, seperti kokus dan basilus. Warna berbagai bakteri setelah diberi zat pewarna untuk identifikasi oleh ahli mikrobiologi menyebabkan bakteri dibagi menjadi kelompok Gram Positif dan Gram negative. Antibiotic spectrum luas mungkin efektif melawan kelompok bakteri Gram positif dan Gram negative. Antibiotic spectrum sempit sangat efektif melawan mikroorganisme spesifi. => bakteri
  1. Resistensi antibiotic
Selama ini, antibiotic dapat menjadi sangat tidak efektif melawan mikroorganisme spesifik. Hal ini disebabkan perubahan protektif yang terjadi dalam mikroorganisme. Suatu perubahan bahwa mikroorganisme menjadi mampu menghasilkan sebuah enzim yang menonaktifkan antibiotic, misalnya, sebagian besar stafilokokus menghasilkan β-laktamase, yang menonaktifkan antibiotic, seperti penisilin, yang mengandung cincin β laktam dalam struktur kimianya.
Setelah penemuan penisilin, maka usaha pencarian antibiotika lain menghasilkan puluhan jenis antibiotik alam dan antibiotik sintetik. Perkembangan dalam satu golongan antibiotika menambah jumlah penemuan dan hal ini menimbulkan perubahan pembagian golongan. Pertama-tama antibiotik terbagi dalam spektrum sempit dan spektrum luas. Pembbagian ini sudah ditinggalkan untuk penggunaan praktisnya dapat dibagi dalam: golongan penisilin dan sefalosporin, golongan tetrasiklin dan kloramfenikol, golongan aminoglikosid, antibiotik lain: makrolid, eritromisin dan sebagainya.
Suspensi Oral Obat Antibakteri
Suspense oral antibakteri mencakup preparat bahan antibiotika (umpamanya kloramfenikol palmitat, turunan eritromisin, tetrasiklin dan turunannya), sulfonamide (umpamanya sulfametazol, sulfasoksazol asetil dan trisulfapiramidin) dan zat kemoterapeutik lainnya (umpamanya metenamin mandelat dan nitrofurantoin)
Kebanyakan bahan antibiotika tidak stabil bila berada dalam larutan, untuk waktu lama yang diinginkan dan oleh sebab itu dilihat dari stabilitas, bahan obat dengan bentuk tidak larut dalam suspense berair atau sebagai serbuk kering untuk dioplossangat menarik bagi pabrik obat. Suspense oran antibiotic juga memberikan cara yang memuaskan dari pemberian sediaan kepada bayi dan anak-anak, sebagaimanaa juga pada orang dewasa yang lebih senang memilih sediaan cair daripada bentuk sediaan padat. Banyak dari suspense oral yang dimaksudkan terutama untuk bayi dikemas dengan penetes yang berukuran, guna membantu pemberian dosis yang telah ditetapkan. Contoh dari beberapa suspense oran antibiotika untuk pediatric diperdagangan.
Fase pendispresi dari suspense antibiotic adalah air dan biasanya diberi warna, pemanis, pewangi dan perasa untuk memberikan cairan lebih menarik dan menambah selera. Bentuk palmitat dari kloramfenikol dipilih untuk bentuk sediaan suspense bukan hanya karena tidak larutnya dalam air saja, tetapi juga karena kualitasnya yangtidak akan member rasa, dengna cara itu menghilangkan masalah formulasi dalam usaha menutupi rasa pahit dari basa kloramfenikol.
Penggunaan Antibiotik
Makin banyaknya antibiotik yang ditemukan, maka makin sulit untuk dikelompokkan dan mengadakan pilihan. Untungnya, beberapa antibiotika yang ditemukan dan beredar di pasaran tela htersaring dari toksisitas berat dan hanya memiliki efek alergi serta mudahnya terjadi resistensi.
Biasanya penderita datang dengan gejala infeksi umum yang belum dapat ditetapkan diagnosis pastinya. Diagnosis pasti mikrobiologik memerlukan waktu, laboratorium dan interpretasi. Penetapan diagnosa mikrobiologik dengan metode cakram cukup sederhana, dan yang lengkap disertai penetapan daya hambat minimum, daya bunuh minimum, kadar obat dalam darah, titer serum- bakteri, dan pemantauan mikrobiologik dengan hasil perjalanan klinis. Kelengkapan demikian hanya tersedia pada beberapa rumah sakit saja, sedangkan selebihnya, diagnosis didasarkan pada pengalaman perkiraan klinis. Terapi empiris demikian, meskipun dari segi ilmiah tidak benar, tetapi dilakukan dengan penajaman pendekatan, yaitu:
1)      Mencari lokasi anatomi dari tempat infeksi, misalnya faring, telinga bagian dalam, ginjal dan sebagainya.
2)      Anamnesa, pemeriksaan fisik dan penetapan risiko perjalanan penyakit dilakukan dengan sebaik mungkin.
3)      Melakukan pemeriksaan pewarnaan sediaan untuk menentukan golongan bakteri Gram positif atau Gram negatif sebagai penunjang diagnosis empiris.
Penggunaan antibiotika dalam kombinasi harus dibatasi, karena tidak banyak yang bekerja sinergistik dan dalam kombijnasi tersebut dosis tidak dapat diturunkan. Karena efek toksiknya menjadi lebih luas. Beberapa antibiotik malahan bekerja antagonistik, antara lain penisilin dengan tetrasiklin dan penisilin dengan kloramfenikol.
Istirahat dan menjaga gizi sangat menunjang daya tahan tubuh dan mempercepat penyembuhan, disamping tindakan perawatan lainnya.
Beberapa antibiotik diusakan untuk diberikan pada indikasi khusus, seperti berijut (Label Antibiotik untuk indikasi khusus)
Antibiotika Indikasi khusus Toksisitas
Basitrasin Topikal pada luka, mukosa dan rongga pleura Ginjal, alergi
Vankomisin (dosis: 500 mg i.v.) Enterokolitis berat, septikemia, kadang endokarditis Alergi, ginjal tuli
Linkomisin (dosis: 1-2 gr p.o., 600 mg i.m. Klindamisin (dosis: 1-2 gr p.o., 300 mg i.m.) Infeksi kuman anaerob khususnya infeksi ginekologis dan pengganti penisilin Mual hingga muntah, kerusakan hati dan diare
  1. Macam-macam golongan Obat Antibiotik
  1. Obat Antibiotik Golongan penisilin
Penilisilin pembunuh bakteri Gram negatif dan kokus Gram positif, streptokokus, stafilokokus, spiroketa, klostridia, antraks dan aktinomisetes. Bakteri dalam fase tumbuh lebih peka, sehingga penyakit lebih cepat disembuhkan dari pada penyakit kronis. Penyerapan per os baik, tetapi beberapa bentuk penislin mudah dirusak oleh asam lambung dan enzim. Distribusinya setelah diserap luas, tetapi sulit memasuki otak. Pengeluarannya melalui ginjal cepat. Karena itu, diusahakan mencari ikatan penisilin yang diserap secara lambat dari tempat injeksi dan bila diberikan per os tidak dirusak asam lambung.
Indikasi pemberiannya untuk pneumonia, meningtis, otitis media. Laringitis, demam reumatik, endokarditis, gonore, lues, antraks, klostridia gas gangren dan tetanus. Osteomielitis serta difteri, sedangkan ampisilin efektif juga untuk tifus abdominalis.
Toksisitas penisilin terutama berupa alergi hingga syok anafilatik. Pertolongan pertama syok adalah memberi epinefrin i.m. secepatnya dan diulangi hingga tekanan darah menetap minimal 90 mmHg. Ampisilin dapat menimbulkan perubahan flora usus.
Sediaan yang dipasarkan adalah:
  1. Penilsilin G, dosisnya 300000-6 juta unit untuk memperoleh kadar di dalam darah yang tinggi yang cepat.
  2. Prokain penisilin, dosisnya 300000-6 juta unit untuk penyerapan lambat dan disuntikan 1-2 kali sehari.
  3. Benzatin penisilin, dengan dosis 300000-1,2 juta unit 1-2 kali seminggu.
  4. Penisilin almumunium monostearat adalah penisilin yang dilarutkan dalam minyak dan diberikan 1 minggu sekali. Kerugian preparat ini adalah harus berhati-hati terhadap kemungkinan emboli dan sering mengakibatkan abses.
  5. Ampisilin merupakan penisilin berspetrum luasy ang dpaat diberikan per os dan injeksi dengan 2 gram.
  6. Amoksisilin hampir sama dengan ampisilin diberikan dengan dosis 1,5 gram.
  7. Oksasilin dan kloksasilin, dengan dosis 2 gram dan beberapa puluh jenis dari golongan penisilin baru, menggeser golongan penisilin lama yang tidak lagi diproduksi.
Tergolongan dalam kelompok penisilin adalah sefalosporin dari golongan betalaktam dan dapat diberikan per os. Kini lebih dari 10 kelompok sefalosporin telah dipasarkan. Spektrum antimikrobanya tergantung dari setiap sediaan, namun tidak banyak berbeda dari penisilin. Sebaiknya tidak diberikan sefalosporin sepanjang masih dapat diobati dengan golongan penisilin dan golongan ini disediakan untuk infeksi berat. Dosisnya tergantung dari sediaan dan harus memperhatikan fungsi ginjal, yang berkisar dari 500-1000 mg diberikan i.m. atau i.v. dan diulangi hingga mencapai jumlah dosis 12 gram sehari.
Contohnya untuk merek kategori golongan Penisilin: amoxicilin, amoksisilin, hufanoxil, ramoxyl, dan sebagainya.
Contohnya untuk merek kategori golongan Sefalosporin: dexacef, doxef, drovak, droxal, durice, dan sebagainya.
  1. Pada penisilin oral
Serbuk Kering untuk Suspensi Oral
Sejumlah preparat resmi dan diperdagangan terdiri dari campuran kering serbuk atau granula yang dimaksudkan untuk disuspensikan dalam air atau pembawa lainnya sebelum pemberian. Sebagaimana telah diketahui preparat resmi ini mencantumkan “untuk suspense oral” pada judul resminya guna membedakannya dari suspense yang sudah disiapkan.
Kebanyakan dari obat yang dibuat sebagai campuran kering untuk suspense oral adalah obat antibiotic. Produk kering yang dibuat secara komersial guna mengandung obat antibiotic, dengan bahan tambahan untuk pewarna, pemanis, flavor, penstabil dan pensuspensi, atau zat pengawet yang mungkin didinginkan untuk meningkatkan stabilitas dari, baik serbuk kering atau campuran granul atau dasar suspensecair. Apabila akan dioplos dan diberikan kepada pasien, salah satu dari obat ini, ahli farmasi membuka serbuk yang ada pada dasar wadah dengan menusuk secara perlahan dengan benda keras lalu menambahkan sejumlah air murni sesuai dengan yang ditunjukkan pada table, biasanya sebagian dan kocok yang keras sampai semua serbuk kering telah tersuspensi. Penting bagi seroang ahli farmasi untuk menambahkan secara tepat jumlah air yangtelah ditetapkan kepada campuran kering apabila ingin dihasilkan konsentrasi yang tepat per unit dosis. Juga penggunaan air murni lebih baik daripada air ledeng untuk menghindari penambahan pengotoran yang dapat merusak serta member efek kebalikan dari efek stabilitas sediaan yang dihasilkan. Ahli farmasi harus memberitahukan pasien mengenai sifat ini dan mengharuskannya untuk mengocok isinya baik-baik sesaat sebelum pemakaian dan obat disimpan secara tepat (biasanyadi bawah pendinginan). Di antara obat resmi untuk suspense oral adalah sebagai berikut:
  1. Amoxicillin for Oral Suspension, USP (amoxil for Oral suspension (becham)]
  2. Ampicilin for Oral Suspension, USP [Polycillin for Oral Suspension (Bristol)]
  3. Bacampicillin for Oral Suspension, USP [Spectrobid for Oral Suspension (Roerig0]
  4. Cefaclor for oral suspension, usp [ceclor for oral suspension (Lilly)]
  5. Cephadrine for oral suspension, USP [ anspor for oral suspension ( Smith, Kline &French)]
  6. Cephalexin for oral suspension, USP [ Keflex for oral suspension (Dista)]
  7. Colistin Sulfate for oral suspension, USP [ Coly-Mycin for oral suspension (Parke-Davis)]
  8. Cyclacillin for oral suspension, USP [Cyclapen-W for oral suspension (Wyeth)]
  9. Dicloxacillin for oral suspension, USP [Dynapen for oral suspension (Bristol)]
  10. Doxycycline for oral suspension, USP [Vibramycin Monohydrate for oral suspension (Pfizer)]
  11. Erythromycin Ethylsuccinate for oral suspension, USP [EEES for for oral suspension (Abbott)]
  12. Hetacillin for oral suspension, USP [Versapen for Oral Suspension (Bristol)]
  13. Penicilin V for oral suspension, USP [V-Cillin for oral suspension (Lilly)]
Di antara obat resmi lainnya dari antibiotic yang dibuat sebagai campuran kering dari serbuk untuk diencerkan menjadi suspense oral adalah sebagai berikut ini: Kalsium ipodat (Oragrafin Calcium (Squibb)] alat bantu diagnosis, digunakan dalam kolesistografi; kolestiramin [Questran (Mead Johnson)], obat yang digunakan dalam pengaturan tingkat kolesterol yang tinggi; dan barium sulfat (Barospere (Mallinck-rodt)], digunakan secara oral atau rectal sebagai medium kontras radiopaque untuk melihat saluran cerna sebagai alat bantu diagnosis.
Yang paling sering digunakan dari zat ini adalah barium sulfat. Barium sulfat diperkenalkan ke dalam pengobatan sekitar 1910 sebagai medium kontras dalam pemeriksaan sinar rontgen dari saluran cerna. Praktis tidak larut dalam air, jadi pemberiannya meskipun diperlukan dalam dosis yang besar, aman karena tidak diabsorbsi dari saluran cerna. Seorang ahli farmasi harus berhati-hati untuk tidak salah tafsir “barium sulfat” dengan bentuk lain sebagai sulfide dan sulfit yang merupakan garam yang mudah larut dan merupakan racun. Barium sulfat adalah serbuk halus, tidak kasar, putih, tidak berbau, dan tidak terasa. Apabila dibuat menjadi suspense dan diberikan secara oral penggunaanya untuk mendiagnosis keadaan dari hypopharynx, esophagus, lambung, usus kecil dan kolon. Barium sulfat menyebabkan saluran cerna buram (tidak tembus cahaya) terhadap sinar X sehingga ia dapat dibuat foto guna menunjukkan setiap ketidaknormalan dalam cirri anatomi dari rectum dan kolon. Apabila diberikan secara rectal, barium sulfat dibiarkan memperagakan sifat dari rectum dan kolon.
Diperdagangan, barium sulfat untuk diagnose tersedia sebagai serbuk bahan mentah yang mengandung baku pensuspensi yang dibutuhkan untuk efektivitas pengecoran pada suspense oral atau enema sebelum diberikan. Untuk enema terdiri dari suspense yang sudah dibuat dalam kantung diposable dan siap untuk digunakan, jugatersedia (Barosperse Disopable Barium Enema Unit (Mallinckrodt)
Fenoksimetilpenisilin= Penisilin V (Isocilin®), propolisin (Baycillin ®)
Stabil terhadap asam: zat ini dapat diberikan oral
Tidak stabil terhadap β-laktamase
                                                  i.            Farmakodinamik
Mekanisme kerja: Penghambat sintesis dinding sel pada tahap terakhir dengan jalan inaktivitas D-alanin0transpeptidase.
Tipe efek: bakterisid sekunder
Spectrum aktivitas: seperti Penisilin G
                                                ii.            Indikasi obat:
Penisilin Oral, penggunaan terapi: Infeksi pneumokokus dan Meningokokus, Gonore, Lues, Lyme-Borreliosis, infeksi anaerob; pneumonia, arthritis, meningitis dan otitis media yang disebabkan Streptokokus, serta sinusitis.
                                              iii.            Kontra Indikasi:
Penisilin oral, kontra indikasi: alergi penisilin.
                                              iv.            Farmakokinetik (Dosis)
  Dosis Bentuk pemberian Interval pemberian Bioavailabilitas Oral Ikatan Protein Plasma t ½ Eliminasi
Penislin V 0,5-2 Mega U/ hari Oral 8 jam 60% 60% 30 menit >90% ginjal (90%tubular, 10%glomerular, sebagian kecil dengan empedu
Propisilin         80% 45 menit
Apabila diminum saat perut kosong (1-2 jam sebelum makan), absorpsi enteral akan lebih baik!
                                                v.            Efek Samping
Penisilin Oral: reaksi alergi dari pembentukan eritema ringan hingga syok anafilatik dan untuk mencegah perkembangan alergi, pengunaan topical dilarang
  1. Penisilin spectrum luas terhadap kuman gram negative yang sulit dibasmi
Mezlosilin (Baypen®), Piperasilin (Pipril®)
Tidak stabil terhadap asam dan β laktamase
                                                  i.            Indikasi: Penggunaan terapi pada infeksi, juga infeksi campuran dengan penyebab gram negative dan gram positif, aerob, dan anaerob, terutama Pseudomonas, Klebsiella, Proteus, Serratia, E.coli, Neisseria, berbagai bentuk kelangsungannya (juga yang berat). Untuk profilaksis perioperatif.
Kombinasi dengna Tazobaktam (Tazobac®) memungkinkan pelebaran nyata dari spectrum efeknya (mirip Zienam®) dan suatu usaha pilihan uuntuk bidang pengobatan intensif.
                                                ii.            Kontra Indikasi:
Penisilin spectrum luas terhadap kuman gram negative yang sulit dibasmi, kontraindikasi: alergi penisilin.
                                              iii.            Farmakodinamik
Mekanisme kerja: penghambatan sintesis dinding sel pada tahap terakhir melalui inaktivitas D-alanin-transpeptidase.
Tipe efek: bakterisid sekunder
Spectrum aktivitas:1) Proteus, pseudomonas, klebsiella dan enterobakter sensitive; 2) serratia, salmonella dan E.coli kurang sensitive; 3) tidak efektif terhadap Stafilokokus yang menghasilkan penisilinase; 4) terhadap Pseudomonas, Piperasilin bekerja lebih kuat daripada Mezlosillin.
Penisilin spectrum luas terhadap kuman gram negative yang sulit dibasmi, penggunaan terapi: infeksi, juga infeksi campuran dengan penyebab gram negative dan gram positif, aerob, dan anaerob, terutama Pseudomonas, Klebsiella, Proteus, Serratia, E.coli, Neisseria, berbagai bentuk kelangsungannya (juga yang berat). Untuk profilaksis perioperatif.
Kombinasi dengan Tazobaktam (Tazobac®) memungkinkan pelebaran nyata dari spectrum efeknya (mirip Zienam®) dan suatu usaha pilihan uuntuk bidang pengobatan intensif.
                                              iv.            Farmakokinetik
  Dosis Interval Pemberian Bioavailabilitas oral Ikatan protein plasma t ½
Mezlosillin 9-20 g/hari 6-12 jam 30% 50 menit
Piperasilin 7-14 (-21) g/hari 8-16 jam 20% 40 menit
Terutama pada Mezlosillin, tercapai dosis di empedu yang sangat tinggi
Petunjuk: 1) Pada pasien dengan diathesis alergis penggunaan parenteral harus dengan hati-hati; 2) Pada pemberian bersama-sama dengan antikoagulan oral: kecenderungan perdarahan lebih kuat; 3) Pada pasien dengan kecenderungan perdarahan perlu dikontrol terhadap parameter pembekuan.
                                                v.            Pada Kehamilan dan masa menyusui
Sikap ketat untuk indkasi pada trimester ke-1 karena Mezlosillin dapat menembus sawar plasenta.
  1. Obat merek Amoksisilin, Golongan Penisilin
                                                  i.            Indikasi:
strain bakteri yang peka infeksi kulit dan jaringan lunak: staphylococcus bukan penghasil penisilinase, streptococcus, S. pneumonia. E. coli
infeksi sal genitourinary: E. coli, P. mirabilis dan Streptococcus faecalis.
Gonore: N. gonorrhoe (bukan penghasil penisiline)
                                                ii.            Kontra Indikasi: Obat merek Amoksisilin, Golongan Penisilin. Kontra Indikasi: hipersensitif terhadap hipersensitivitas, pasien dengan riwayat alergi terhadap penisilin.
                                              iii.            Dosis:
1)                        Dewasa dan anak-anak dengan Berat Badan lebih dari 20 kg 250-500 mg tiap 8 jam.
2)      Anak-anak dengan Berat Bayi lahir kurang dari 20 kg: sehari 20-40 mg/kg/ BB dalam dosis bagi tiap 8 jam.
3)      Untuk penderita dengan gangguan ginjal perlu dilakukan pengurangan dosis.
4)      Pada penderita yang menerima dialisa peritoneal: dosis maksimal yang dianjurkan sehari 500 mg.
5)      Gonokokkus uretritis: amoksilin 3 gram sebagai dosis tunggal
6)      Anak-anak dengan BB<8 kg sebaiknya diberikan sediaan sirup kering.
7)      Dosis sebaiknya diberikan sesudah makan.
                                              iv.            Efek Samping:
Obat merek Amoksisilin.
Reaksi kepekaan seperti erythematosus maculopapular, rash, urtikaria, serum sickness.
Reaksi kepekaan yang serius dengan fatal adalah anafilaksis terutama terjadi pada penderita yang hipersensitif pada peniseilin.
Gangguan saluran pencernaan seperti mual, muntah dan diare
Reaksi hematologic (biasanya bersifat reversible).
  1. Obat Antibiotik Golongan Sefalosporin
  2. Pada Sefalosporin generasi ke1: Sefazolin (Gramaxin®) Sefalosporin basis
                          i.            Indikasi obat. Obat pilihan ke-1 untuk profilaksis perioperatif. Sefalosporin generasi ke-1, penggunaan terapi: alergi penisilin, infeksi Stafilokokus, infeksi luka ringan. Obat pilihan ke-1 untuk profilaksis perioperatif.
                        ii.            Farmakodinamik
1)      Mekanisme kerja: seperti Penisilin G.
2)      Tipe efek: bakterisid sekunder
3)      Spectrum aktivitas: 1) Bakterisit terhadap sejumlah besar kuman gram positif dan beberapa kuman gram negative; 2) Selain kuman yang sensitive terhadap Penisilin G, batang gram positif dan gram negative juga peka. Aktivitas yang sangat baik terhadap Stafilokokus (golongan Sefalosporin yang mempunyai efektivitas terhadap stafilokokus yang paling tinggi adalah Sefazolin); 3) Proteus, Pseudomonas, Morganella morganii, Klebsiella, Shigella dan Enterokokus adalah resisten
                      iii.            Kontra Indikasi:
Sefalosporin generasi ke-1, kontraindikasi terhadap: hipersensitig terhadap antibiotic β-laktam.
                      iv.            Farmakodinamik (Dosis)
  Dosis Bentuk pemberian Interval pemberian Bioavailabilitas oral Ikatan Portein plasma t ½ Eliminasi
Sefalozin 2-3x 1-2 g/hari Hanya parenteral 8-12 jam 75% 95-120 menit 95% ginjal (90% glomerular)
                        v.            Efek samping:
Pada sefalosporin generasi ke-1, efek samping: reaksi hipersenitivitas (syok anafilatik ±1%), leucopenia (alergis), gangguan fungsional pada trombosit (jarang kecenderungan perdarahan; antagonismus vitamin K), kenaikan konsentrasi transaminase yang reversible, gangguan gastrointestinal.

  1. Obat merek Brospec, golongan Sefalosporin.
                          i.            Indikasi:
Infeksi saluran pernapasan, kulit dan jaringan lunak, ginjal dan saluran kemih, tulang dan sendi dan pra operasi infeksi intra abdominal, GO tanpa komplikasi
                        ii.            Kontra Indikasi:
Obat merek Brospec, golongan Sefalosporin. Kontra Indikasi: hipersensitif terhadap sefalosporin.
                      iii.            Dosis:
Obat merek Brospec, golongan Sefalosporin. Dosis:
1)      Dewasa dan anak lebih dari 12 tahun: sehari 1x 1-2 gram atau dibagi dalam 2 dosis. Maksimal sehari 4 gram.
2)      Go tanpa komplikasi: 250 mg dosis tunggal IM.
3)      Terapi profilaksis: 1 dosis tunggal IV 1/2-2JAM PRA OP.
4)      Anak lebih dari 12 tahun: infeksi kulit, sehari 1×50-75 mg/kgBB atau dibagi dalam 2 dosis. Maksimal sehari 2 gram.
5)      Infeksi berat selain meningitis 50-70 mg/kgBB/ hari dalam dosis terbagi tiap 12 jam. Maksimal 4 gram.
6)      Profilaksis 1 gram dosis tunggal IV 1/2 -2 jam pra op.
                      iv.            Efek Samping:
Obat merek Brospec, golongan Sefalosporin. Efek samping: pruritis, dermatitis, urtikaria, edema, eritema multiformis, mual, muntah, diare, stomatis, glositis, sakit kepala, pusing, peningkatan enzim hati dan keratin, serum, mikosis, saluran genital, reksi anafilatik, eosinofilia, tromositopenia, leucopenia, granulositopenia, anemia hemolitik.
  1. Obat Antibiotik Golongan Kloramfenikol
Serupa dengan tetraksilin, maka kloramfenikol juga berspektrum luas dan spesifik terhadap bakteri Salmonella typhosa, Hemophilus infulenze dan Bordetella pertussis, meskipun telah banyak bakteri yang resisten. Pemberian utama per os diserap dengan baik dan distribusinya luas. Biotransformasinya terjadi di hati dan dikeluarkan melalui air kemih serta empedu. Karena kloramfenikol toksik terhadap sumsum tulang, maka pemakaiannya sangat terbatas terutama untuk penyakit berat dan penyakit tifus.
Bayi dapat mengalami keracunan yang disebut “Greby-baby syndrome” yaitu bayi berwarna abu-abu, lemah terjadi syok dan meninggial. Pemberiannya sebagai salep mata untuk konjungtivitas memberi rasa pedih. Superinfeksi dapat terjadi setelah 5-10 hari pemberian dan juga dapat terjadi depresi sumsum tulang yang mungkin menetap. Pemeriksaan hitung jenis darah agar dilakukan secara periodik.
Kloramfenikol juga memberi kebutaan dan alergik yang dapat berakibat fatal. Perlu diperhatikan untuk tidak memberikan koramfenikol pada ibu yang menyusui, karena kloramfenikol dikeluarkan bersama ASI. Dosis kloramfenikol 50 mg/kg BB dan untuk tiamfenikol 1 gram sehari.
Contohnya obat golongan kloramfenikol antara lain: Hufatichol, Dionicol, Thiampenicol, Suprachlor, Zenichlor, dan sebagainya

Obat Merek Thiamfenikol, golongan Kloramfenikol
                          i.            Indikasi:
Infeksi yang disebabkan H influenza, ricketsia, lymphogranuloma-psittacosis, bakteri gram negative penyebab bakteremia-maningitis.
                        ii.            Kontra Indikasi:
Obat merek Thiamfenikol, golongan Kloramfenikol. Kontra indikasi: hipersensitif terhadap tiamfenikol, gangguan faal hati berat, gangguan ginjal, hamil dan menyusui.
                      iii.            Dosis:
Obat merek Thiamfenikol, golongan Kloramfenikol. Dosis:
1)      Dewasa, anak-anak dan bayi lebih dari 2 minggu: 50 mg/kg BB, terbagi dalam sehari 3-4 x.
2)      Bayi premature atau kurang dari 2 minggu: 25 mg/kg BB, dalam dosis terbagi 4, infeksi gonokokal 5000 mg sehari dalam dosis tunggal, dilanjutkan 500 mg sehari 3x selama 5 hari
                      iv.            Efek Samping:
Obat merek Thiamfenikol, golongan Kloramfenikol. Efek samping:
1)      Diskraksia darah, seperti anemia plastic, anemia hipoplastik, trombositopenia, dan granulositopenia,
2)      reaksi hipersensitif seperti demam, ruam, agloderma dan urtikarta.
3)      Gangguan saluran pencernaan seperti mual, muntah, glositis, stomatitis, dan diare.
4)      Efek samping lainnya seperti sakit kepala, depresi migrant, gangguan mental neuritis optic dan perifer dan sindrom gray
  1. Obat Antibiotik Golongan Tetrasikllin
Golongan tetrasiklin merupakan antibiotika berspektrum luas. Pengembangan golongan ini memiliki sifat farmakologi yang sama dan hanya berbeda potensi yaitu: doksisilin> metasilin> klortetrasiklin= demoksiklin> tetrasiklin> oksitetraksiklin
Selain terhadap bakteri Gram negatif dan Gram positif, golongan ini juga membunuh riketsia, amuba, mikoplasma, trakoma dan beberapa lagi. Resistensi dapat terjadi pada pemakaian yang kurang tepat. Penyerapannya per os baik, tetapi terikat oleh logam Al, Mg, Ca, Fe dan makanan. Distribusi golongan tetraksilin dalam tubuh luas dan ditimbun di dalam tulang dan gigi, karena terikat oleh kalsium. Ekskresinya melalui air kemih dan tinja. Toksisitasnya berupa mual, muntah dan diare dengan dehidrasi berat; superinfeksi sering terjadi setelah pemberian selama 3 hari. Karena tetrasiklin ditimbun di dalam gigi dan tulang, maka pada pemberian pada anak berusia di bawah 12 tahun dapat menyebabkan kerusakan gigi. Pada wanita hamil trisemester terakhir, dapat terjadi gangguan perkembangan tulang pada bayi yang akan dilahirkan. Yang berbahaya adalah toksisitasnya pada ginjal dan hati, karena berakibat fatal. Pada pemberian yang lama mengakibat anemia, fotosensitivitas dan gangguan pembekuan darah.
Tetrasiklin yang kadaluarsa dapat mengakibatkan sindrom Fanconi. Penggunaan klinisnya cukup luas dan di Indonesia masih merupakan obat pilihan terhadap “kolera”. Selain itu, diberikan pula untuk terapi infeksi pernapasan, gonore, akne, enteritis dan meningokok. Pemberian per injeksi sangat nyeri dan hanya diberikan pada keadaan gawat. Dosis tetrasiklin, oksitetrasiklin dan klortetrasiklin masing-masing 1-2 gram per oral, doksisiklin 200 mg dosis awal diusul 100-200 mg dosis penunjang, demoksilin 600 mg.
Contohnya merek golongan tetraksilin: Silidon, novabiotic, kemoclin, suprabiotic, dan sebagainya.
  1. Tetrasiklin (Oxytetracyclin JENAPHARM), Rolitetrasilin (Revin®), Doksisiklin (Vibramycin®), Minosiklin (Klinomycin®), Tetrasiklin (Supramycin®)
                          i.            Indikasi:
1) Antibiotik spectrum luas pilihan kedua; 2) Bronkitis kronis, infeksi pulmonal karena mikoplasma, infeksi saluran empedu dan banyak infeksi lainnya, untuk terapeutik lain yang diindikasi primer; 3) obat pilihan ke-1 pada infeksi langka seperti kolera atau pes.
Petunjuk: tetrasiklin dengna ion logam bervalensi 2 atau lebih membentuk kompleks kelat. Tetrasiklin dapat melewati sawar plasenta dan berdifusi ke dalam ASI. Di tulang, tetrasiklin disimpan dalam bentuk kelat –Ca2+ yang inaktif dan selama fase mineralisasi terkumulasi secara ireversibel pada email gigi.
                        ii.            Kontra indikasi tetrasiklin:
Hipersenitivitas terhadap tetrasiklin, kehamilan dan masa menyusui, gangguan fungsi ginjal yang berat (tidak berlaku untuk Doksisiklin dan Minosiklin), gangguan fungsi hati, anak-anak berusia di bawah 8 tahun, penggunaan parenteral pada Miastenia gravis (karena kadar Mg yang tinggi pada sediaannya).
                      iii.            Farmakodinamik
Mekanisme kerja: biosintesis protein (inisiasi dan elongasi) dihambat melalui ikatan pada subunit 30S.
Tipe efek: bakteriostatik
Spectrum aktivitas: 1) sangat luas 2) mencakup bakteri gram positif dan gram negative, mikoplasma, klamida, dan riketsia, serta dalam dosis tinggi terhadap amuba.
Jenis proteus dan enterobakteri, serati dan pseudomonas bersifat resisten. Perkembangan resistensi berlangsung lambat mengikuti suatu pola langkah majemuk.
                      iv.            Farmakokinetik (Dosis)
  Dosis Interval pemberian Absorpsi enteral plasma Ikatan protein t ½ Eliminasi
Doksisiklin 0,1-0,2 g/ hari Setiap 24 jam >90% 90-95% 15 jam Ginjal, empedu dan intestinal; sirkulasi enterohepatik
Tetrasiklin 1-1,5 g/hari Setiap 6-12 jam 80% 24-40% 8-9 jam Terutama ginjal
                        v.            Efek Samping:
Efek samping (±5-10%): efek gastroinstestinal, gangguan fungsi hati (fatty liver), dermatosis fotoalergik, eksantema, perlambatan pembekuan darah (pembentukan kompleks dengan Ca 2+?). gangguan fungsi ginjal karena hasil peruraian, kerusakan gigi, superinfeksi oleh jamur dan bakteri.
  1. Obat merek Doxacin, golongan Tetrasiklin.
                          i.            Indikasi:
infeksi saluran nafas bawah termasuk pneumonia disebabkan H. influenza, Klebsiella sp, S. Pneumoniae; pneumonia disebabkan Mycosplasma pneumonia, bronchitis dan sinus kronis, ISK disebabkan fleksibella sp, Enterobacter, S. Faecallis, E. Colli; infeksi kulit; penyebab karena hubungan seksual; gonore dan sifilis; injeksi mata disebabkan Gonococci, Staphylococci, dan H. influenza; infeksi Rickettsia.
                        ii.            Kontra Indikasi:
Obat merek Doxacin, golongan Tetrasiklin. Kontra Indikasi: hipersensitif, hamil, menyusui dan anak kurang dari 8 tahun.
                      iii.            Dosis:
Obat merek Doxacin, golongan Tetrasiklin. Dosis:
1)      Dewasa dan anak-anak lebih dari 2 tahun BB>45 kg: hari pertama 200mg dosis tunggal atau terbagi 2 dosis; dilanjutkan dengan pemeliharaan sehari 1×100 mg atau sehari 2×50 mg
2)      Infeksi berat: sehari 200mg
3)      Anak-anak lebih dari 8 tahun BB kurang dari 45 kg: hari pertama 4 mg/kgBB/ hari terbagi dalam 2 dosis, selanjutnya 2 mg/kgBB/hari
4)      Infeksi berat: 4mg/ kgBB tiap 12 jam.
                      iv.            Efek Samping:
Obat merek Doxacin, golongan Tetrasiklin. Efek samping: gangguan fungsi hati, control fungsi dan ginjal
  1. Obat Antibiotik Golongan Aminoglikosid
Aminoglikosid berkhasiat bakteriostatik terhadap bakteri Gram negatif. Termasuk dalam kelompok ini adalah streptomisin, neomisin, kanamisin, amikasin, veomisin, gentamisin, tobramisin, sisomisin dan beberapa jenis lainnya. Toksisitas golongan aminoglikosid sama yaitu pada ginjal dan otovestibuler.
  1. Streptomisin
Streptomisin dan dihidrostreptomisin berkhasiat bakteriostatik terhadap bakteri Gram negatif dan mikrobakteri (TBC, lepra). Resistensi terhadap streptomisin dapat terjadi dengan cepat. Penyerapannya per os buruk dan harus diberikan i.m.. pemberian per os ditujukan untuk terapi infeksi saluran cerna dan sterilisasi usus. Eksresinya melalui ginjal dan empedu, sehingga bila terdapat insufisiensi akan memberi peningkatan kadar obat dalam darah.
     Toksisitasnya berupa reaksi alergi hingga syok anafilaktik berat, ketulian untuk dihidrostreptomisin dan kehilangan keseimbangan untuk streptomisin, dan pada dosis tinggi terjadi kerusakan ginjal.
  1. Kanamisin, Neomisin, Amikasin, Gentamisin dan Tobramisin
Aktifitas antibiotik ini bersifat bakterisid terhadap Gram positif dan Gram negatif. Kanamisin dan neomisin juga efektif terhadap mikrobakteri. Penyerapan neomisin dan kanamisin per os buruk, sedangkan gentamisin dan tobramisin cukup baik.
Kelompok antibiotik ini memberi keracunan yang sama dengan streptomisin yaitu pada ginjal dengan saraf pendengaran/ keseimbangan.
Penggunaan klinisnya sama dengan streptomisin, dengan dosis 1-2 gram i.m., dosis gentamisin dan tobramisin 300-500 mg i.m., dosis kanamisin dan neomisin 500 mg i.m. sediaan salep gentamisin banyak diberikan sebagai salep luka bakar dan luka pada kulit.
Contohnya merek lainnya: zithromax, zycin, vipram, tromilin, twintic, rovamycin, spiradan, dan sebagainya.
Berikut keriteria mengenai Aminoglokoid, yakni:
Cara Kerja Obat Golongan Aminoglokoid:
  1. Streptomisin (Strepto-Fatol), Gentamisin (Refobacin®), Kanamisin (Kanamytrex®)
                          i.            Indikasi:
1) antibiotic untuk indikasi khusus;2) kelompok streptomisin: tuberculosis (terapi basis), bruselosis; 3) Kelompok Gentamisin: infeksi dengan Pseudomonas, sepsin, endoktarditis, osteomielitis; 4) Kelompok Kanamisin: infeksi Pseudomonas, Proteus, Serratia dan local untuk mata; 5) Kelompok Neomisin: local untuk infeksi kulit dan usus; 6) Spektinomisin: gonore.

                        ii.            Kontra Indikasi:
Aminoglikosida, memiliki kontra indikasi: kehamilan, adanya cacat pendengaran dan vestibular, gangguan ginjal yang berat, alergi terhadap aminoglikosid.

                      iii.            Dosis:
  Absorpsi Ikatan protein plasma t ½ Eliminasi
aminoglikosid Secara oral tidak diabsorpsi Kecuali streptomisin, 30-35% praktis tidak terikat 2-3 jam (pada insufisiensi ginjal 30-150 jam) Di ginjal, secara filtrasi glumerular dalam bentuk tidak berubah
                      iv.            Farmakodinamik
Mekanisme kerja: penghambat biosintesis Protein (inhalasi dan elongasi) melalui ikatan pada subunit 30S. selain itu, menyebabkan salah baca pada mRNA, yang mengakibatkan pembentukan protein “nonsense”. Namun efek bakterisid senyawa ini disebabkan oleh gangguan permeabilitas dari membrane sitoplasma.
Tipe efek: bakterisid primer (juga kuman dalam fase istirahat dapat dibasmi)
Spectrum aktivitas: 1) sedang; 2) terutama bakteri gram negative, yang penting adalah efek dari senyawa baru (kelompok Gentamisin) terhadap kelompok Pseudomonas.
Perkembangan resistensi terjadi dengan cepat (resistensi satu langkah). Di antara anggota aminoglikosid terdapat resistensi silang parsial (untuk sebagian bersifat sepihak).
                        v.            Farmakokinetik
  Absorpsi Ikatan protein plasma t ½ Eliminasi
Aminoglikosid Secara oral tidak diabsorpsi Kecuali streptomisin, 30-35% praktis tidak terikat 2-3 jam (pada insufisiensi ginjal 30-150 jam) Di ginjal, secara filtrasi glumerular dalam bentuk tidak berubah
Aminoglikosid menembus sawar plasenta dan mencapai fetus. Kadar yang tercapai di ASI rendah (±2% nilai serum).
                      vi.            Efek Samping:
Golongan aminoglikosida, memiliki efek samping: ototoksik dan nefrotoksik karena kumulasi selektif di perilimfa telingah sebelah dalam dan dengan ikatan pada asam fosfolipid di mikrovili tubulus proksimal. Karena menghambat pembebasan asetikolin pada lempeng akhir motorik, aminoglokolisid juga memiliki efek relaksasi otot. Penggunaan secara local dapat menyebabkan sensibilisasi disertai perkembangan alergi terhadap golongan obat ini.
  1. Obat merek Gentamycn Tia, golongan aminoglikosida
                          i.            Indikasi:
infeksi Pseudomonas, Proteus, Serratia dan local untuk mata
                        ii.            Kontra indikasi:
Hipersensitif, insufiensi ginjal, miastenia jangka panjang.
                      iii.            Dosis:
Obat merek Gentamycn Tia, golongan aminoglikosida. Dosis:
1)      Dewasa: 3 mg/ kg/BB/ hari terbagi dalam 3 dosis.
2)      Infeksi mengancam jiwa 5 mg/kg/ BB/ hari terbagi dalam 4 dosis. Kemudian diturunkan menjadi 3 mg/kg/BB/ hari.
3)      Anak-anak 3-5: mg/kg/BB/ hari terbagi dalam 3 dosis.
4)      Bayi dan neonates:6mg/kg/BB/hari terbagi dalam 2-3 dosis.
5)      Bayi premature atau bayi matur usia 1 minggu: 6 mg/ kg/BB/ hari terbagi dalam 2 dosis. GO 280 mg IM dosis tunggal.
                      iv.            Efek samping:
Obat merek Gentamycn Tia, golongan aminoglikosida. Efek Samping: ototoksitas, nefrotoksisitas, blockade, neuromuskluer, superinfeksi.
  1. Obat Antibiotik Golongan Kuinlon
Contohnya obat merek abaktal, akilen, armolec 500, avelox, bactiprox, baquinor, bernoflox, dan lain-lain.
  1. Asam Nalidiksat (Nogram®), Asam Pipemidat (Deblaston®), Norfloksasin (Barazan®).
                                   i.            Indikasi Penggunaan terapi: karena pada dosis yang umum konsentrasi antibakteri hanya tercapai di dalam urine, senyawa ini cocok untuk infeksi saluran kemih, infeksi organ (jalan pernapasan, ruang abdomen, kulit dan jaringan lunak) oleh kuman yang sensitive, infeksi urologis, gonore, infeksi deengan klamidia dan mikoplasma, tuberculosis. Karena efektifitasnya terhadap helicobacter pylori juga digunakan pada gastritis kronis ulkus duodenum.
                                 ii.            Farmakokinetik:
Mekanisme kerja: subunit A dari DNA-girase dihambat dengan demikian, penghambat gilase menghambat puntiran DNA (supercoiling) yang mutlak diperlukan untuk fase istirahat.
  Dosis Absorspi oral Ikatan Protein plasma t1/2 Metabolisme Eliminasi
Ofloksasin 1-2×0,1-0,4g/hari >95% (baik) 30-40% 7-8 jam Sebagian Gagal dalam bentuk yang sebagian aktif
Siprofolaksin 2×0,25-0,75 g/ hari 70% (baik) 25-40% 3-4 jam
                               iii.            Farmakodinamik:
1)      Mekanisme kerja: subunit A dari DNA girase dihambat. Dengan demikian penghambat girase menghambat puntiran DNA (supercoiling) yang mutlak diperlukan untuk fase istirahat.
2)      Tipe efek bakterisid primer
3)      spectrum aktivitas: kuman gram negative (inklusif spesies Pseudomonas dan Salmonela) dan Gram positif. Klamidia, mikoplasma dan legionela kepekaan sedang.
4)      Efek terhadap beberapa mikobakteria juga bermakna (ofloksasin).
Perkembangan resistensi selama terapi berlangsung lambat. Kuman yang resisten terhadap nalidiksin sensitive terhadap senyawa yang lebih baru.
                               iv.            Dosis:
  Dosis Absorspi oral Ikatan Protein plasma t1/2 Metabolisme Eliminasi
Ofloksasin 1-2×0,1-0,4g/hari >95% (baik) 30-40% 7-8 jam Sebagian Gagal dalam bentuk yang sebagian aktif
Siprofolaksin 2×0,25-0,75 g/ hari 70% (baik) 25-40% 3-4 jam
                                 v.            Efek Samping:
Mual, rasa tidak enak diperut, dyspepsia, kembung, diare danstomatitis, colitis psedomembranosa, sakit kepala, pusing, tidak enak badan, mengantuk, rasa capek, kegelisahan, insomnia (sulit tidur), terkadang depresi, halusinasi, pandangan kabur, psikosis dan kejang, kulit kemerahan.

  1. Obat merek Ciprofloxacin OGB Dexa, golongan Kuinolon
                                   i.            Indikasi:
infeksi ringan, berat, gonore.

                                 ii.            Dosis:
Obat merek Ciprofloxacin OGB Dexa, golongan Kuinolon. Dosis:
1)      Infeksi ringan: sehari 2×250 mg.
2)      Infeksi berat: sehari 2×500 mg.
                               iii.            Efek Samping:
Mual, rasa tidak enak diperut, dyspepsia, kembung, diare danstomatitis, colitis psedomembranosa, sakit kepala, pusing, tidak enak badan, mengantuk, rasa capek, kegelisahan, insomnia (sulit tidur), terkadang depresi, halusinasi, pandangan kabur, psikosis dan kejang, kulit kemerahan.

  1. Obat Antibiotik Golongan Makrolid
  2. Eirtromisin (Erythrocyn ®), Josamycin (Wilprafen®), Spiramisin (Selectomycin®), Roksitromisin (Rulid®), Klaritromisin (Klacid®).
Penggunaan
Contohnya obat merek: abbotic/ abbotic XL, anbiolid, aztron, bannthrocin, bicrolid, binoklar, binozyt, biostatic, clanine, clapharma, colistine, comtro, corsatrocin, dan sebagainya.
                                   i.            Farmakokinetik:
1)      Eritromisindiinaktivitasi oleh asam lambung. Untuk memperbaiki abasorpsinya pada pemakaian oral, maka digunakan bentuk ester. Pemberian bersama makanan mengurangi bioavailablitias sistemik.
2)      Roksitromisin setelah pemberian oral diabsorbsi cepat dan baik (→dosis rendah). Bioavailablitias oral tidak dipengaruhi oleh penyerapan makanan pada waktu yang sama. Karena t1/2 panjang (pada orang lanjut usia hingga 27 jam) pemberian dapat dilakukan 1 -2 kali sehari.
3)      Klaritomisin sebagai 6- metoksieritromisin bersifat stabil terhadap asam. Pemberian makanan waktu yang sama tidak mempengaruhi biovalibilitas sistemik.
                                 ii.            Indikasi Penggunaan Terapi:
1)      Pada alergi penisilin dan kuman yang resisten terhadap Peniseilin, serta penting untuk infeksi dengan Mycoplasma pneumonia, Legionella dan Kampilobakter.
2)      Spiramisin digunakan terhadap Toksoplasmosis selama kehamilan.
Mekanisme kerja: Biosintesis protein (elongasi→inhibisi terhadap translokasi) dihambat oleh pengikat pada subunit 50S.
Tipe efek: bakteriostatik
Spectrum aktivitas: mencakup terutama kokus positif dan gram negative, legionella, klamida dan mikoplasma. Di antara anggota golongan Makrolid, terhadap Linkosamid serta Kloramfenikol ada resistensi silang parsial. Perkembangan tensi terjadi dengan cepat menurut pola langkah tunggal.

                               iii.            Kontraindikasi:
Kontra indikasi pada kerusakan hati (Eritromisinestolat dan TAO), massa menyusui.
                               iv.            Dosis:
  Dosis Absorbsi Oral Ikatan protein plasma t1/2 Eliminasi
Eritromisin 1-2 g/hari ±20% 50-60% 2-3 jam Terutama melalui biotransformasi dan sekresi empedu
Josamisin 1-2 g/hari ±50% 15% 1,5-5 jam
Roksitromisin 0,15-0,3 g/hari >90% 74-97% 8,3-10 ½ jam
Klaritromisin 0,5-1 g/ hari ±50%-60% ±70% 2,5-6 jam
                                 v.            Efek Samping:
Efek samping (±10%): sangat jarang bersifat serius: keluhan lambung karena iritasi lokal, hepatitis kolestatis disebabkan oleh Eritromisinestolat dan Triasetiloleandromisin (TAO), pada dosis tinggi, kerusakan pendengaran, reaksi alergis.

  1. Obat merek Binozyt, golongan Makrolida
                                   i.            Indikasi:
1)      Pengobatan pada usia lebih dari 16 tahun dengan infeksi saluran pernafasan atas (misalnya Sinusitis, faringitis, tonsillitis, dan media otitis akut)
2)      Infeksi saluran pernapasan bawah (misalnya Bronkitis akut dan ringan sampai pneumonia berat sedang)
3)      Infeksi kulit dan jaringan lunak
4)      Infeksi genitalia tanpa komplikasi karena Chlamydia trachomatis
5)      Faringitis karena strep pyogenes
6)      Profilaksis karena demam rematik.

                                 ii.            Kontra Indikasi:
Obat merek Binozyt, golongan Makrolida. Kontra Indikasi: hipersensitif terhadap azitromisin atau makrolid.
                               iii.            Dosis:
1)                     Obat merek Binozyt, golongan Makrolida. Dosis:
2)                     Penyembuhan hubungan seksual dewasa dan lansia karena Chlamydia trachomatis:100 mg dosis tunggal oral
3)                     Dewasa lebih dari 16 tahun:1500 mg dalam 3 hari (500 mg/ hari) atau rejimen 5 hari (500mg dosis tunggal pada hari 1, kemudian sehari 250 mg pada hari 2-5)
4)                     Dapat diminum dengan makaann untuk mengurangi ketidaknyamanan gigi.
5)                     Pasien dengan penyakit neurologic atau psikiatrik, immunodefisiensi atau asplenia fungsional, kerusakan hati yang berat, diare, pasien lansia dan lemah.
                               iv.            Efek Samping:
Obat merek Binozyt, golongan Makrolida. Efek samping: moniliasis, vaginitis, trombositopenia, anafilaksis termasuk syok anafilatik, reaksi agresif, gelisah, gangguan urat saraf, pusing, thesia, konfulsi, sakit kepala, somnolen, hiperaktif, paresthesia, rasa tidak enak, diperut (sakit/ keram), muntah, kembung, gangguan pencernaan, penurunan nafsu makan, konstipasi, pseudomembranous colitis, lidah kotor, intrahepatic cloestatic, hepatitis, ruam, pruritis, angioedema, urtikaria, fotosensitif, erythema multi forme, sindrom Steven-Johnson, nekrolitik epidermal toksik, artralgia, interstitial nefritis, gagal ginjal akut, asthenia.

  1. Obat Antibiotik Golongan Lain-lain
  2. Eritromisin
Aktivitas eritromisin mirip dengan penisilin, tetapi kekuatannya lebih rendah. Karena banyak individu yang alergi terhadap penisilin, maka eritromisin bermanfaat sebagai penggantinya. Indikasi klinisnya sama dengan golongan penisilin.
Juga bila terdapat resistensi terhadap penisilin, maka eritromisin dapat digunakan sebagai pengganti. Penyerapan per os baik, sulit memasuki SSP dan eksresinya melalui tinja. Toksisitasnya berupa mual, muntah, superinfeksi dan alergi seperti penisilin.
Pemberian i.m. menimbulkan rasa nyeri, tetapi dapat diberikan secara i.v. untuk beberapa preparat. Dosis eritromisin 2 gram diawali dengan dosis 500 mg. Yang mirip golongan eritromisin adalah spiramisin dengan dosis 1,5-2 gram per os.
  1. Kelompok polimiksin
Terdapat 5 jenis polimiksin yang ditemukan yaitu plimiksin A, B, C, D, dan E, tetapi yang digunakan hanyalah polimiksin B dan E. Keduanya hanya aktif terhadap Gram negatif.
Polimiksin tidak diserap di usus dan tidak dapat memasuki cairan serebrospinal. Eksresinya melalui ginjal dan sangat toksik terhadap ginjal. Obat ini juga dapat memberi gejala kelumpuhan dan penghentian pernapasan. Pemakaiannya klinisnya hanya untuk infeksi: pseudomonas, shigela, disentri dan enterobakteri. Pemakaian yang luas hanyak akan menambah kasus toksisitas. Lebih banyak digunakan secara topikial untuk kulit, buli dan saluran napas.
Contohnya obat merek: aditrim, aditrim force, andrizen, anerocid, anamerob, bactoprim, bactricid, dan sebagainya
Obat merek Novagyl, metronidazol 125 mg/5ml suspense; 500 mg/ tablet, golongan lain-lain.
                                   i.            Indikasi:
infeksi tratus urinarius, infeksi traktus, saluran cerna, infeksi traktus respiratorius.
                                 ii.            Kontraindikasi:
Obat merek Novagyl, metronidazol 125 mg/5ml suspense; 500 mg/ tablet, golongan lain-lain. Kontra Indikasi: penderita yang diketahui hipersensitif terhadap Metronidazol atay derivate nitromidazole lainnya, trimester pertama kehamilan.
                               iii.            Dosis:
Obat merek Novagyl, metronidazol 125 mg/5ml suspense; 500 mg/ tablet, golongan lain-lain. Dosis
1)               Dianjurkan minum 1 jam sebelum makan
2)               Amubiasis: Dewasa instestinal amoebasis: 750mg 3kali sehari selama 5-10 hari; Dewasa hepatic amoebasis:750mg 3 kali sehari selama 5-10 hari; anak: 35-50/ kgBB sehari dibagi dalam 3 dosis dalam 10 hari;
3)               Trichomomiasis: Dewasa 2 g dalam dosis tunggal selama 1 hari atau dalam dosis tunggal selama 1 hari atau dalam dosis terbagi sehari 2×500 mg atau sehari 3x250mg selama 7 hari berturut-turut; anak-anak: 15mg/kgBB hari sehari dalam dosis terbagi 3 selama 7-10 hari;
4)               Giardiasis: dewasa: sehari3x250 mg-500 mg selama 5-7hari atau sehari 2 g dalam dosis tunggal selama 3 hari; anak-anak: sehari 3×5 mg/kbBB selama 5-7hari;
5)               Infeksi bakteri anaerobic: untuk infeksi yang serius, metronidazol IV diberikan pada awal pengobatan; Dewasa: 7,5mg/kgBB setiap 6 jam (±500mg untuk dewasa dengan BB 70 kg) maksimal sehari 4 gram selama 7-10 hari.
                               iv.            Efek Samping
Obat merek Novagyl, metronidazol 125 mg/5ml suspense; 500 mg/ tablet, golongan lain-lain. Efek samping: anoreksia, nyeri pada epigastrum, convulsive seizure dan neuropati perifer, rasa tidak enak di mulut, furred tongue, mual, muntah atau gangguan pada saluran cerna sering dilaporkan, urtikaria, kemerahan pada kulit, pruritus, angioderma dan anafilasi; pernah terjadi: mengantuk, pusing, sakit kepala, ataksia dan urin berwarna.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar